Pada waktu Sekolah dulu saya masih teringat ketika mengikuti lomba karya Tulis Ilmiah Pelajar seKabupaten Tulungagung, aku menulis tentang Karya Tulis Ilmiah bidang sosial ,yakni tentang "Sejarah Perkembangan kerajinan marmer di Desa Campurdarat dan sekitarnya" sehingga pada waktu itu aku memperoleh juara satu sekabupaten Tulungagung, mengalahkan sekitar 25 sekolahan lainnya yang cukup bergengsi dikota kecilku....saya ingat-ingat saja..kalau ada yang salah mohon diluruskan...
Sejarah perkembangan marmer di Tulungagung diawali dengan ditemukannnya lokasi pertambangan marmer oleh para penjajah Hindia Belanda sekitar tahun 1934, Lokasinya adalah di sekitar desa Besole,Kecamatn Besuki.Pada waktu itu sejarah Kota Tulungagung mencatat wilayah ini sebagai " Underdistrict Wajak" dan dulu sudah sering tercatat bahwa pertambangan Marmer itu letaknya di Desa Wajak Tulungagung,sehingga ada kalanya orang lawas menyebut bahwa desa penghasil marmer itu adalah desa Wajak.Setelah terjadi pemekaran sekitar tahun 1972, Desa Besole ini menjadi bagian tersendiri dan ikut dalam Kecamatan Besuki, demikian juga beberapa desa-desa lain di Kecamatan Campurdarat dan sekitarnya , membentuk kecamatan tersendiri,dan bukan lagi termasuk dalam " Underdistrict Wajak" jadi kalau anda adalah orang Kelahiran dibawah tahun 1972 selalu mengatakan bahwa Tambang marmer diTulungagung itu terletak di " desa Wajak "
GENERASI PERTAMA
Pada waktu tahun 1934 itu Hindia Belanda mendirikan sebuah peroesahaan ...kayak persero atau BUMN saat ini,namanya saya lupa...akhirnya berkembang-berkembang sampai ditahun 1970-an berganti nama IMIT singkatan Industri Marmer Indonesia Tulungagung...ini adalah perusahaan marmer pertama di daerah Tulungagung.
Kemudian industri ini berkembang sebagai dampak disekitar pabrik, yakni pemanfaatan limbah pabrik kala itu,berupa butiran-butiran marmer yang disebut sebagai "traso" diskala usaha perumahan saja. Traso ini dibuat dari butiran-butiran kecil marmer yang berukuran dibawah 1 CM saja.Pada waktu itu traso dimanfaatkan sebagai campuran penghias dari semen putih, yang dibentuk menjadi berbagai macam kerajinan rumah tangga, seperti pot bunga besar, bahan lantai dan dinding,makam atau kijingan, bak mandi kotak, asbak , batu nisan dan lain-lain. Perkembangan awal kerajinan traso ini tercatat beberapa nama sesepuh antaralain : Mbah Sakijo Karsoen, Mbah Liyanto,Mbah Soekarno ( Ini kakek Saya ...) Mbah Soekarni..Mbah Wagiran Jombor....dan sebut saja ini sebagai generasi pertama...dari perintis usaha kerajinan marmer di Tulungagung, khususnya desa Gamping dan sekitarnya...Selain dari kerajinan traso ini, juga berkembang dengan pesat adalah pengolahan batu Gamping...pernah dengan " Batu Gamping Campurdarat?" ini adalah semacam bahan bangunan pada waktu itu sebagai pengganti semen saat ini,yakni sebagai adonan perekat batu-batu pondasi bangunan sekitar tahun 1970-1990an...sekarang tinggal sedikit sekali masyarakat yang ,mempergunakan bahan bangunan " batu Gamping " ini.Sedangkan pada tingkat pengolahan marmer kala itu masih sangat sederhana dan mempergunakan tegnology manual saja...yakni dengan tatah baja hitam dan palu saja...jadi untuk membuat sebuah asbak diameter 20 CM saja misalnya ...memerlukan waktu kurang lebih 2-3 hari..sangat melelahkan memang...tapi para perintis kerajinan ini secara gigih dan pantang menyerah menurunkan ketrampilan mereka kepada anak-anak cucu mereka.Kejayaan generasi ini juga ditandai dengan dikenalnya produk kerajinan mereka keseluruh kota-kota besar diIndonesia,sehingga pada zaman pemerintah ORDE BARU beberapa kali memberikan bimbingan-bimbingan dan bantuan teknis pengembangan kerajinan marmer.
GENERASI KEDUA
Perkembangan pesat tegnology pengolahan kerajinan marmer ini generasi kedua ini terjadi sekitar tahun 1978-sampai dengan tahun 1985,Tercatat kala itu beberapa nama yang sempat sukses diera ini antaralain munculnya pengrajin marmer "SERBA USAHA" ..."BATU ANTIK,BINTANG ANTIK" ( Ini trah keluarga saya ),BATU PUALAM,JEMBATAN BATOE ..." silih berganti usaha ini jatuh bangun seiring perputaran roda nasib Perusahaan masing masing....kemudian generasi ini diteruskan oleh beberapa nama perusahaan . Pada generasi ini ditandai dengan mulai dikenalkan oleh pemerintah kala itu,yakni tegnology bubut batu, dan gergaji batu besar.Para pengrajin saat sudah mulai pandai berinovasi dengan kerajinan mereka, yakni dengan membuat berbagai kerajinan yang berbentuk. vas bunga kecil,asbak bubut,kinangan,poci teh, dan jenis-jenis meja marmer bubutan ,pada waktu itu maksimal diameternya hanya 50- 60 CM saja.Muncul pula pada generasi ini nama-nama lainyang tak kalah hebatnya dalam berbisnis dan membuka peluang pasar..dan pada awal generasi ini telah muncul dan berdatangan buyer-buyer asing untuk kerajinan marmer, dan saat itu usaha kerajinan marmer Tulungagung mulai dikenal pasar Luar negeri.
tobe continue....saya inget-inget dulu dimana saya letakkan karya ilmiah saya itu...siapa tahu datanya agar lebih valid...karena disitu ada narasumbernya yang berkompeten...OK..???
Posted by 7:10 AM and have
0
comments
, Published at
No comments:
Post a Comment